Jumat, 02 November 2012

Berantas Buta Aksara dengan Bahasa Ibu

0 komentar
Pengembangan pendidikan di Indonesia tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh dasar-dasar yang memadai seperti kemampuan baca, tulis dan berhitung. Untuk mencapai kemampuan tersebut, seseorang harus melek aksara agar dapat mencerna pengetahuan dasar tersebut.

Dirjen PAUDNI, Lydia Freyani Hawadi, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk menuntaskan masalah buta aksara di Indonesia. Ia mengungkapkan untuk usia 15-21 tahun, angka buta aksara sudah menurun banyak.

"Tapi untuk kalangan orang dewasa dan tua, jumlahnya masih banyak dan itu yang kami coba selesaikan," kata Lydia, saat jumpa pers seminar internasional meningkatkan keaksaraan berbasis bahasa ibu dan teknologi informasi dan komunikasi di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (31/10/2012).

Untuk itu, pihaknya mengambil strategi menuntaskan buta aksara melalui bahasa ibu. Selain mencapai target Indonesia bebas buta aksara pada tahun 2015, hal ini sekaligus melestarikan bahasa ibu yang beraneka ragam di Indonesia agar tidak punah.

Ia berpendapat hal ini semestinya didukung juga oleh masing-masing Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah. Kemudian, perlunya alokasi anggaran untuk pendidikan informal yang bertujuan memberantas buta aksara.

"Selama ini, anggaran pendidikan hanya bagi pendidikan formal saja. Sementara untuk memberantas tuna aksara ini melalui pendidikan non formal," jelas Lydia.

"Melek aksara ini nantinya berkaitan dengan masalah kesejahteraan. Jadi ini perlu mendapatkan dukungan," imbuhnya.

Seperti diketahui, jumlah penduduk buta atau tuna aksara pada tahun 2011 tercatat sebanyak 6,7 juta jiwa. Untuk itu, Indonesia menargetkan tiap tahunnya jumlah penduduk buta aksara ini dapat dikurangi sekitar dua juta jiwa. Penurunan jumlah penduduk buta aksara tiap tahunnya ini membuktikan bahwa Indonesia berhasil menjalankan program pemberantasan tuna aksara.

Atas dasar pencapaian ini, UNESCO memberikan King Sejong Award yang menunjukkan bahwa program penuntasan tuna aksara di Indonesia sudah diakui secara internasional. Rencananya pada tahun 2013, Kemdikbud akan menyasar pada tiga tempat yaitu Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dalam mengaplikasikan program ini.
dikutip dari : kompas.com

Leave a Reply