YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Dewan
Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta menilai bahwa draf kurikulum 2013
memiliki banyak kelemahan. Ketua Dewan Pendidikan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) Wuryadi mencatat sejumlah kelemahan dari isi kurikulum
yang rencananya akan mulai diimplementasikan pada tahun ajaran mendatang
itu.
Kelemahan pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi
pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi
dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku
pendidikan.
"Saat ini, KTSP saja baru menuju uji coba dan ada
beberapa sekolah yang belum melaksanakannya. Bagaimana bisa, kurikulum
2013 ditetapkan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum
sebelumnya," katanya di Yogyakarta, Senin lalu.
Kelemahan
lainnya, lanjut Wuryadi, pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa
memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak
pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
Wuryadi
juga menilai tak adanya keseimbangan antara orientasi proses
pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai
karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
"UN
hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak
memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada
dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal,
mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan
tujuan pendidikan," tambahnya.
Kelemahan penting lainnya,
pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak
tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda.
Karena melihat kelemahan-kelemahan ini, Dewan Pendidikan DIY meminta pemerintah melakukan desain ulang kurikulum 2013.
"Desain
ulang terhadap kurikulum 2013 ini perlu dilakukan dengan turut
melibatkan guru karena guru menjadi unsur penting dalam kurikulum baru
itu," kata Wakil Ketua I Dewan Pendidikan DIY Heri Dendi.
Selain
itu, Dewan Pendidikan juga akan mengirimkan hasil kajian tersebut kepada
pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, DPR
RI, serta Presiden dan Wakil Presiden RI.
kompas.com
Rabu, 19 Desember 2012