Jumat, 02 November 2012

Merancang Pembelajaran Yang Mencerdaskan

0 komentar
Selama ini banyak guru beranggapan bahwa kecerdasan siswa adalah apa yang diperolehnya ketika berhasil menjawab soal-soal ulangan mata pelajaran tertentu di sekolah dengan baik dan mendapatkan nilai tinggi. Misalnya, anak-anak yang mendapat nilai 10 pada ulangan matematika atau bahasa dikatakan anak cerdas. Sementara anak-anak yang mendapatkan nilai kurang dari 5 pada mata pelajaran tersebut dikatakan tidak cerdas atau bodoh.
Padahal, anak-anak yang mendapatkan nilai di bawah 5 tersebut justru menjadi bintang lapangan di sekolahnya, menjadi juara menari di tingkat kecamatan, nilai keterampilannya selalu di atas 8, atau mereka dapat menghafalkan lirik-lirik lagu dengan mudah dan menyanyikannya dengan menakjubkan.
Apa yang bisa kita lakukan agar anak-anak yang mendapat nilai kurang dari 5 untuk matematika atau bahasa tetapi mendapat nilai tinggi untuk bidang-bidang yang lain tersebut juga dapat berhasil dalam mata pelajaran matematika atau bahasa?
Sesungguhnya, anak-anak dengan kemampuan luar biasa di bidang selain matematika dan bahasa tersebut adalah juga anak-anak cerdas. Mereka cerdas dengan bidang garapan yang berbeda dari jenis kecerdasan kelompok yang disebutkan pertama. Dalam kehidupan di masa depan, apabila mendapatkan perlakukan yang tepat, orang-orang ini juga dapat sukses. Bahkan, dengan perlakukan yang tepat, anak-anak dengan jenis kecerdasan yang “berbeda” ini juga dapat meningkatkan prestasinya dalam bidang matematika dan bahasa. Coba baca ulang artikel tentang hal-hal yang bisa mempercepat proses belajar siswa di sini.
Agar kita para guru dapat membantu siswa mendapatkan hasil terbaik dari pengembangan potensinya di sekolah, pertama-tama kita perlu meng-update wawasan kita tentang kecerdasan. Menurut Howard Gardner, kecerdasan yang dapat diukur dengan instrumen psikometrik standar tidak hanya satu macam. Ada jenis kecerdasan lain selain matematika atau bahasa. Kecerdasan-kecerdasan yang beragam tersebut oleh Gardner disebut sebagai kecerdasan ganda (multiple intelligences).
Berikut adalah jenis kecerdasan ganda sebagaimana dikemukakan oleh Howard Gardner:
Visual-Spasial. Berpikir dalam ruang fisik, seperti halnya arsitek dan pelaut. Sangat sadar lingkungan mereka. Mereka suka menggambar, melakukan jigsaw puzzle, membaca peta, melamun. Mereka dapat diajarkan melalui gambar, citra verbal dan fisik. Alat termasuk model, grafik, bagan, foto, gambar, pemodelan 3-D, video, konferensi video, televisi, multimedia, teks dengan gambar/bagan/grafik.
Kinestetik-jasmani. Menggunakan tubuh secara efektif, seperti penari atau dokter bedah. Ingin rasa kesadaran tubuh. Mereka ingin gerakan, membuat sesuatu, menyentuh. Mereka berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh dan diajar melalui aktivitas fisik, tangan-on belajar, bertindak keluar, bermain peran. Peralatan meliputi peralatan dan benda-benda nyata.
Musik. Menunjukkan kepekaan terhadap irama dan suara. Mereka mencintai musik, tapi mereka juga sensitif terhadap suara di lingkungan mereka. Mereka dapat belajar lebih baik dengan musik di latar belakang. Mereka dapat diajarkan dengan memutar pelajaran ke dalam lirik, berbicara berirama, penyadapan keluar waktu. Alat termasuk alat musik, musik, radio, stereo, CD-ROM, multimedia.
Interpersonal. Pemahaman, berinteraksi dengan orang lain. Siswa-siswa belajar melalui interaksi. Mereka memiliki banyak teman, empati terhadap orang lain, jalan cerdas. Mereka dapat diajarkan melalui kegiatan kelompok, seminar, dialog. Alat meliputi telepon, audio conferencing, waktu dan perhatian dari instruktur, konferensi video, menulis, konferensi komputer, e-mail.
Intrapersonal. Pemahaman seseorang kepentingan sendiri, gol. Ini peserta didik cenderung menghindar dari orang lain. Mereka selaras dengan perasaan batin mereka, mereka memiliki kebijaksanaan, intuisi dan motivasi, serta kemauan yang percaya diri, kuat dan pendapat. Mereka dapat diajarkan melalui studi independen dan introspeksi. Alat termasuk buku, bahan kreatif, buku harian, privasi dan waktu. Mereka adalah yang paling independen dari peserta didik.
Linguistik. Menggunakan kata-kata secara efektif. Ini peserta didik telah sangat berkembang keterampilan pendengaran dan sering berpikir dalam kata-kata. Mereka suka membaca, bermain permainan kata-kata, membuat puisi atau cerita. Mereka dapat diajarkan dengan mendorong mereka untuk mengatakan dan melihat kata-kata, membaca buku bersama-sama. Alat termasuk komputer, game, multimedia, buku, tape recorder, dan kuliah.
Logis-Matematis. Penalaran, menghitung. Pikirkan secara konseptual, abstrak dan mampu untuk melihat dan menjelajahi pola dan hubungan. Mereka suka bereksperimen, memecahkan teka-teki, mengajukan pertanyaan kosmik. Mereka dapat diajarkan melalui logika, penyelidikan game, misteri. Mereka perlu belajar dan membentuk konsep sebelum mereka dapat menangani rincian.
Naturalis. Memelihara dan menghubungkan informasi kepada alam sekitar. Contohnya termasuk bentuk-bentuk alam seperti mengelompokkan spesies hewan dan tumbuhan dan batuan dan jenis gunung, dan pengetahuan alam diterapkan dalam pertanian, pertambangan, dan lain-lain
Eksistensial. Kemampuan untuk merenungkan fenomena atau pertanyaan di luar data indrawi, seperti tak terbatas dan sangat kecil. Hipotesis dalam kecerdasan eksistensial telah lebih dieksplorasi oleh para peneliti pendidikan.
Implikasinya dalam Pembelajaran
Pembelajaran yang mencerdaskan berarti pembelajaran yang mengoptimalkan pengembangan kecerdasan siswa, pembelajaran yang benar-benar menjadikan siswa semakin cerdas sesuai kapasitasnya.
Untuk dapat membantu anak-anak berkembang sesuai kecerdasannya, guru perlu merancang pembelajaran yang bervariasi. Tujuan-tujuan pembelajaran yang berasal dari sebuah kompetensi dasar (KD) dapat dicapai melalui metode atau model pembelajaran yang beragam. Fragmentasi dalam pembelajaran adalah kata kuncinya. Misalnya dalam mencapai satu tujuan pembelajaran, guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode, melainkan menggabungkan beberapa metode atau model pembelajaran. Begitu pula dengan teknik penilaiannya.
Catatan: Howard Gardner adalah seorang profesor bidang kognisi dan pendidikan pada Harvard Graduate School of Education, Cambridge, Massachussetts, yang memperkenalkan teori kecerdasan ganda (Multiple Intelligences).

Leave a Reply