Selama ini banyak guru beranggapan
bahwa kecerdasan siswa adalah apa yang diperolehnya ketika berhasil
menjawab soal-soal ulangan mata pelajaran tertentu di sekolah dengan
baik dan mendapatkan nilai tinggi. Misalnya, anak-anak yang mendapat
nilai 10 pada ulangan matematika atau bahasa dikatakan anak cerdas.
Sementara anak-anak yang mendapatkan nilai kurang dari 5 pada mata
pelajaran tersebut dikatakan tidak cerdas atau bodoh.
Padahal, anak-anak yang mendapatkan nilai di bawah 5 tersebut justru
menjadi bintang lapangan di sekolahnya, menjadi juara menari di tingkat
kecamatan, nilai keterampilannya selalu di atas 8, atau mereka dapat
menghafalkan lirik-lirik lagu dengan mudah dan menyanyikannya dengan
menakjubkan.
Apa yang bisa kita lakukan agar anak-anak yang mendapat nilai kurang
dari 5 untuk matematika atau bahasa tetapi mendapat nilai tinggi untuk
bidang-bidang yang lain tersebut juga dapat berhasil dalam mata
pelajaran matematika atau bahasa?
Sesungguhnya, anak-anak dengan kemampuan luar biasa di bidang selain
matematika dan bahasa tersebut adalah juga anak-anak cerdas. Mereka
cerdas dengan bidang garapan yang berbeda dari jenis kecerdasan kelompok
yang disebutkan pertama. Dalam kehidupan di masa depan, apabila
mendapatkan perlakukan yang tepat, orang-orang ini juga dapat sukses.
Bahkan, dengan perlakukan yang tepat, anak-anak dengan jenis kecerdasan
yang “berbeda” ini juga dapat meningkatkan prestasinya dalam bidang
matematika dan bahasa. Coba baca ulang artikel tentang hal-hal yang bisa
mempercepat proses belajar siswa di sini.
Agar kita para guru dapat membantu siswa mendapatkan hasil terbaik
dari pengembangan potensinya di sekolah, pertama-tama kita perlu
meng-update wawasan kita tentang kecerdasan. Menurut Howard Gardner,
kecerdasan yang dapat diukur dengan instrumen psikometrik standar tidak
hanya satu macam. Ada jenis kecerdasan lain selain matematika atau
bahasa. Kecerdasan-kecerdasan yang beragam tersebut oleh Gardner disebut
sebagai kecerdasan ganda (multiple intelligences).
Berikut adalah jenis kecerdasan ganda sebagaimana dikemukakan oleh Howard Gardner:
Visual-Spasial. Berpikir dalam ruang fisik, seperti
halnya arsitek dan pelaut. Sangat sadar lingkungan mereka. Mereka suka
menggambar, melakukan jigsaw puzzle, membaca peta, melamun. Mereka dapat
diajarkan melalui gambar, citra verbal dan fisik. Alat termasuk model,
grafik, bagan, foto, gambar, pemodelan 3-D, video, konferensi video,
televisi, multimedia, teks dengan gambar/bagan/grafik.
Kinestetik-jasmani. Menggunakan tubuh secara
efektif, seperti penari atau dokter bedah. Ingin rasa kesadaran tubuh.
Mereka ingin gerakan, membuat sesuatu, menyentuh. Mereka berkomunikasi
dengan baik melalui bahasa tubuh dan diajar melalui aktivitas fisik,
tangan-on belajar, bertindak keluar, bermain peran. Peralatan meliputi
peralatan dan benda-benda nyata.
Musik. Menunjukkan kepekaan terhadap irama dan
suara. Mereka mencintai musik, tapi mereka juga sensitif terhadap suara
di lingkungan mereka. Mereka dapat belajar lebih baik dengan musik di
latar belakang. Mereka dapat diajarkan dengan memutar pelajaran ke dalam
lirik, berbicara berirama, penyadapan keluar waktu. Alat termasuk alat
musik, musik, radio, stereo, CD-ROM, multimedia.
Interpersonal. Pemahaman, berinteraksi dengan orang
lain. Siswa-siswa belajar melalui interaksi. Mereka memiliki banyak
teman, empati terhadap orang lain, jalan cerdas. Mereka dapat diajarkan
melalui kegiatan kelompok, seminar, dialog. Alat meliputi telepon, audio
conferencing, waktu dan perhatian dari instruktur, konferensi video,
menulis, konferensi komputer, e-mail.
Intrapersonal. Pemahaman seseorang kepentingan
sendiri, gol. Ini peserta didik cenderung menghindar dari orang lain.
Mereka selaras dengan perasaan batin mereka, mereka memiliki
kebijaksanaan, intuisi dan motivasi, serta kemauan yang percaya diri,
kuat dan pendapat. Mereka dapat diajarkan melalui studi independen dan
introspeksi. Alat termasuk buku, bahan kreatif, buku harian, privasi dan
waktu. Mereka adalah yang paling independen dari peserta didik.
Linguistik. Menggunakan kata-kata secara efektif.
Ini peserta didik telah sangat berkembang keterampilan pendengaran dan
sering berpikir dalam kata-kata. Mereka suka membaca, bermain permainan
kata-kata, membuat puisi atau cerita. Mereka dapat diajarkan dengan
mendorong mereka untuk mengatakan dan melihat kata-kata, membaca buku
bersama-sama. Alat termasuk komputer, game, multimedia, buku, tape
recorder, dan kuliah.
Logis-Matematis. Penalaran, menghitung. Pikirkan
secara konseptual, abstrak dan mampu untuk melihat dan menjelajahi pola
dan hubungan. Mereka suka bereksperimen, memecahkan teka-teki,
mengajukan pertanyaan kosmik. Mereka dapat diajarkan melalui logika,
penyelidikan game, misteri. Mereka perlu belajar dan membentuk konsep
sebelum mereka dapat menangani rincian.
Naturalis. Memelihara dan menghubungkan informasi
kepada alam sekitar. Contohnya termasuk bentuk-bentuk alam seperti
mengelompokkan spesies hewan dan tumbuhan dan batuan dan jenis gunung,
dan pengetahuan alam diterapkan dalam pertanian, pertambangan, dan
lain-lain
Eksistensial. Kemampuan untuk merenungkan fenomena
atau pertanyaan di luar data indrawi, seperti tak terbatas dan sangat
kecil. Hipotesis dalam kecerdasan eksistensial telah lebih dieksplorasi
oleh para peneliti pendidikan.
Implikasinya dalam Pembelajaran
Implikasinya dalam Pembelajaran
Pembelajaran yang mencerdaskan berarti pembelajaran yang
mengoptimalkan pengembangan kecerdasan siswa, pembelajaran yang
benar-benar menjadikan siswa semakin cerdas sesuai kapasitasnya.
Untuk dapat membantu anak-anak berkembang sesuai kecerdasannya, guru
perlu merancang pembelajaran yang bervariasi. Tujuan-tujuan pembelajaran
yang berasal dari sebuah kompetensi dasar (KD) dapat dicapai melalui
metode atau model pembelajaran yang beragam. Fragmentasi dalam
pembelajaran adalah kata kuncinya. Misalnya dalam mencapai satu tujuan
pembelajaran, guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode, melainkan
menggabungkan beberapa metode atau model pembelajaran. Begitu pula
dengan teknik penilaiannya.
Catatan: Howard Gardner adalah seorang profesor bidang
kognisi dan pendidikan pada Harvard Graduate School of Education,
Cambridge, Massachussetts, yang memperkenalkan teori kecerdasan ganda
(Multiple Intelligences).