JAKARTA, KOMPAS.com - Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dijalankan sejak tahun 2006 akan segera
digantikan oleh Kurikulum 2013 mulai Juni tahun depan. Namun kurikulum
baru ini diprediksi tidak akan jauh berbeda nasibnya dengan kurikulum
sebelumnya.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Raihan
Iskandar, mengatakan bahwa perubahan kurikulum yang ada saat ini hanya
fokus pada materi ajar saja. Sementara aspek pedagogik atau metode
pengajaran yang dilakukan di sekolah tidak mengalami perubahan yang
signifikan.
"Perubahan kurikulum ini masih fokus pada aspek
materi ajar tanpa merevisi aspek guru dan pedagogiknya. Sebagus apapun
materi ajar tidak akan diserap optimal oleh peserta didik tanpa pola
ajar yang baik," kata Raihan saat dihubungi, Kamis (29/11/2012).
"Nanti
ujung-ujungnya, kurikulum 2013 tidak akan berguna. Cuma sebentar saja
kurikulum direvisi lagi. Gonta-ganti kurikulum seperti ini tidak akan
efektif," imbuh Raihan.
Ia menegaskan bahwa aspek pedagogik yang
berhubungan dengan guru ini sangat penting. Pasalnya, guru merupakan
eksekutor yang menentukan berhasilnya penerapan kurikulum terhadap para
peserta didik di sekolah. Untuk itu, pembahasan di tingkat atas
mestinya menyinggung juga masalah ini bukan hanya sibuk berdebat
masalah jumlah mata pelajaran.
Selanjutnya, ia mempertanyakan
bentuk pembelajaran dari kurikulum baru ini. Pihak kementerian selalu
menyebut bahwa dengan kurikulum baru ini, anak-anak yang diminta aktif
mencari tahu sedangkan guru hanya mengarahkan anak-anak ini untuk
melakukan observasi sendiri.
"Kurikulum baru ini kan maunya
siswanya yang aktif. Tapi bagaimana bentuknya? Sepertinya ya masih
tatap muka di kelas juga," ujar Raihan.
Hal serupa pernah
diungkapkan oleh Direktur Institute of Education Reform of Universitas
Paramadina, Utomo Dananjaya bahwa selama ini kurikulum hanya dianggap
semacam daftar mata pelajaran saja. Akibatnya, cara pandang yang salah
tentang kurikulum ini juga membuat pola yang salah saat mengubah
kurikulum.
"Pengurangan dan penambahan mata pelajaran itu bukan
makna dari kurikulum. Jadi, jangan memandang kurikulum hanya mata
pelajaran saja agar tidak salah sasaran," ujar Utomo.
Kamis, 29 November 2012