JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebaran guru yang tidak merata
di Indonesia kerap dikeluhkan kepada pemerintah. Namun sayangnya
masalah ini tak kunjung terselesaikan, bahkan bukan hanya penyebarannya
yang tak merata tapi juga banyak sekolah khususnya Sekolah Dasar (SD)
yang kekurangan guru.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), Sulistiyo, mengatakan bahwa kekurangan guru
SD yang terjadi di nusantara saat ini tak kunjung mendapat perhatian
dari pemerintah. Dari keluhan pada Agustus lalu yang menyebutkan bahwa
94 persen daerah mengalami kekurangan guru SD, tak ada perubahan hingga
sekarang. Bahkan, menurutnya, saat ini tercatat kebutuhan guru di
sekitar 96 persen kabupaten dan kota di seluruh Indonesia tak terpenuhi.
"Kekurangan
guru SD ini sudah lama terjadi. Dari 497 kabupaten kota, hanya dua
kabupaten kota saja yang sudah terpenuhi," kata Sulistiyo, saat jumpa
pers di Kantor PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin (26/11/2012).
Bahkan
ia mengatakan bahwa jumlah guru SD di ibukota saja masih kurang
kuotanya. Minimnya jumlah guru SD ini, lanjutnya, dikarenakan banyak
guru yang diangkat pada masa orde baru kini telah pensiun. Sementara
itu, guru-guru muda yang ada saat ini tidak dilakukan pengangkatan.
"Ini hampir berjalan sekitar tiga tahun lebih karena pensiunan guru sangat besar dan tak ada gantinya," ungkap Sulistiyo.
Ia
pun mengusulkan solusi untuk masalah ini dengan melaksanakan
pengangkatan guru honorer yang ada saat ini terutama guru honorer yang
menjalankan kewajibannya dengan baik. Selain untuk memenuhi kebutuhan
jumlah guru yang kurang, pengangkatan ini juga dapat memberi jaminan
pada guru honorer baik dari profesi maupun kesejahteraan.
"Jadi tidak hanya cukup memperbaiki distribusi tapi pengangkatan guru juga harus dipertimbangkan," tandasnya.
Senin, 26 November 2012